13 Mei 2008

Abba Bapa

Hari minggu ini yang berkotbah di gereja kami adalah Ps. Charles Nieman. Sebenarnya beliau melayani digereja kami sejak jumat, dan ada seminarnya juga, tetapi saya tidak bisa mengikutinya karena sesuatu hal, sehingga saya hanya mengikutinya ketika kebaktian hari minggu sore saja. Salah satu hal yang dikatakannya pada minggu sore ini adalah ketika dia membahas tentang hukum kasih. Beliau berkata bahwa sebenarnya tidak banyak orang Kristen yang mengerti tentang kasih yang sebenarnya. Kelihatannya sih mudah, tapi praktiknya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu perikop yang beliau uraikan adalah Lukas 15: 11-32 Perumpamaan tentang anak yang hilang, perumpamaan pasti banyak orang kristen yang mengetahuinya. Tetapi banyak kali kita orang kristen terfokus pada dua anak laki-laki yang diceritakan pada perumpamaan ini. Padahal sebenarnya yang menjadi tokoh utama adalah Bapak dari dua anak laki-laki ini (ayat 11).

Ada dua anak yang yang memiliki kepribadian yang berbeda. Anak bungsu meminta bagian warisan dari bapaknya, dan dengan kasih bapaknya memberikannya. Anak bungsu jual semua harta warisannya dan menghambur-hamburkannya denga berfoya-foya. Hartanya sudah habis, dia pun menjadi miskin dan bekerja menjadi hamba untuk menjaga babi. Bahkan saking miskinnya dia sampai makan ampas panganan babi. Dia tahu keadannya dan menyadari kesalahan masa lalunya, dia teringat akan hamba-hamba bapaknya yang selalu kenyang dengan makanan berlimpah sedangkan dia disini hampir mati kelaparan. Dia memutuskan untuk pulang dan menjadi hamba bapaknya. Ketika ia berjalan pulang, dan ayahnya dari jauh melihat dia, ayahnya langsung berlari lalu mendapatkan dia dan merangkulnya dan menciumi dia. Menyuruh hambanya mengambil jubah terbaik, cincin, sepatu dan menyembelih anak lembu tambun dan pesta karena anaknya bungsunya kembali.Anak kedua adalah anak sulung yang taat, pelayan bapaknya, tidak pernah melanggar perintah (ayat 29) dan dia berkata bapaknya tidak pernah buat pesta untuk dirinya.Anak sulung punya persepsi yang salah tentang kasih bapaknya. Dia punya persepsi bahwa untuk mendapat kasih bapaknya berarti dia harus lah rajin bekerja, melayani bapaknya, tidak melanggar perintah. Persepsinya itu sebenarnya adalah hal yang dilakukan seorang hamba terhadap tuannya bukan bapak terhadap anak. Hamba, karyawan atau pekerja dinilai berdasarkan disiplinnya, pekerjaannya, ketaatannya. Padahal kasih bapak terhadap anak tidak melihat hal itu.

Akupun merenungkan hal ini dan aku melihat kalau memang banyak kali orang Kristen khusunya pelayan di gereja baik sadar atau tidak memiliki persepsi bahwa aku harus melayani dengan giat di gereja supaya aku dapat kasih Tuhan, sehingga ketika dia merasa ada yang salah dengan dirinya, yaitu dapat masalah atau tidak diberkati seperti yang dia bayangkan sebelumnya maka dia berkata pada Tuhan ”Tuhan, aku kan sudah melayaniMu dengan rajin, bahkan sampai aku tinggalkan semuanya, bahkan keluarga aku nomor duakan tapi kok aku diperlakukan seperti ini.””lha si A pelayanannya biasa-biasa saja malah hidupnya diberkati Tuhan, si B tidak melayani apapun juga hidupnya baik-baik saja.” dan pelayan Tuhan yang dulunya rajin, baik dia sadari atau tidak menjadi kepahitan kepada Tuhan dan tidak mau melayani lagi dan parahnya, tidak sedikit yang meninggalkan Tuhan.

Ps. Charles Neiman berkata: Abba Bapa adalah bapak, ayah, daddy, bokap, papa yang mengasihi anak anaknya tanpa ”hukum sebab-akibat”. Sebab engkau seorang yang baik, rajin, taat maka akibatnya engkau aku kasihi. TIDAK! Bukan seperti itu. Tapi bukan terus kita bisa hidup seenaknya. Karena orang yang sudah merasakan kasih Abba Bapa tidak akan berbuat dosa lagi seperti ”perempuan yang berzinah (Yohanes 8:1-11).

Hukum sebab-akibat adalah hukum taurat. Padahal kita orang percaya sudah tidak dibawah hukum taurat lagi, tetapi hukum kasih. Ingatlah bahwa begitu besar kasih Allah Bapa kepada kita, sehingga dikaruniakannya AnakNya yang Tunggal untuk menebus dosa kita. Bapa sudah mengasihi kita terlebih dahulu, maka kita harus mengasihi Bapa dan sesama kita. Tidak ada alasan untuk kita tidak bisa mengasihi sesama kita, apalagi Bapa kita karena kita sudah mendapat kasihNya terlebih dahulu. (ast)

0 komentar: